Kamis, 19 Oktober 2017



HISTAMIN
Senyawa normal yang ada dalam jaringan tubuh yaitu pada jaringan sel mast dan peredaran basofil
Mediator kimia yang dikeluarkan pada fenomena alergi



 






 




Mekanisme kerja histamin :
       Menimbulkan efek ketika berinteraksi dengan reseptor histaminergik, yaitu reseptor H1, H2, dan H3
       Histamin berinteraksi dengan H1 menyebabkan sembab, pruritik, dermatis, dan urtikaria.
       Histamin berinteraksi dengan H2 menyebabkan peningkatan sekresi asam lambung yang menyebabkan tukak lambung
       Reseptor H3 yang terletak pada ujung syaraf jaringan otak dan jaringan perifer mengontrol sintesis dan pelepasan histamin, mediator alergi, dan perdangan.




 

ANTIHISTAMIN
       Obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan histamin dalam tubuh melalui mekanisme penghambatan bersaing pada sisi reseptor H1, H2, dan H3
       Berdasarkan hambatan pada reseptor khas, antihistamin dibagi menjadi tiga kelompok yaitu; antagonis H1, antagonis H2, dan antagonis H3

Turunan Etilendiamin



 
Rumus umum ; Ar(Ar’)N-CH2-CH2-N(CH3)2
Merupakan antagonis H1 dengan keefektifan yang cukup tinggi, meskipun penekan system saraf dan iritasi lambung cukup besar.

Hubungan struktur antagonis H1 turunan etilen diamin
1. Tripelnamain HCl, mempunyaiefek antihistamin sebanding dengan dufenhidramin dengan efek samping lebih rendah.
2. Antazolin HCl, mempunyai aktivitas antihistamin lebih rendah dibanding turuan etilendiamin lain.
3. Mebhidrolin nafadisilat, strukturnya mengandung rantai samping amiopropil dalam system heterosiklik karbolin dan bersifat kaku.



Etilendiamin.
Etilendiamin mempunyai efek samping penekanan CNS dan gastro intestinal. 
Antihistamin tipe piperazin, imidazolin dan fenotiazin mengandung bagian etilendiamin.
Pada kebanyakan molekul obat adanya  nitrogen kelihatannya merupakan kondisi yang diperlukan untuk pembentukan garam yang stabil dengan asam mineral.
Gugus amino alifatik dalam etilen diamin cukup basis untuk pembentukan garam, akan tetapi atom N yang diikat pada cincin aromatik sangat kurang basis.
Elektron bebas pada nitrogen aril di delokalisasi oleh cincin aromatik.
Beberapa contoh antihistamin turunan etilediamin

Turunan Propilamin
Anggota kelompok yang jenuh disebut sebagai feniramin yang merupakan molekul khiral.
Turunan tersubstitusi halogen dapat diputuskan dengan kristalisaasi dari garam yang dibentuk dengan d-asam tartrat.
Antihistamin golongan ini merupakan antagonis H1 yang paling aktif.
Mereka tidak cenderung membuat kantuk, tetapi beberapa pasien mengalami efek ini.
Pada anggota yang tidak jenuh, sistem ikatan rangkap dua aromatik yang koplanar Ar – C = CH-CH2 - N  faktor penting untuk aktivitas antihistamin.
Gugus pirolidin adalah rantai samping amin tersier pada senyawa yang lebih aktif.
Pada anggota alkena (tidak jenuh), aktivitas antihistamin konfigurasi E berbeda sangat menyolok dibandingkan dengan  konfigurasi Z, sebagai contoh: E-Pirobutamin sekitar 165 kali lebih poten dari pada Z-Pirobutamin; 
E-Triprolidin aktivitasnya sekitar  1000 kali lebih poten dibandingkan dengan Z-triprolidin.
Perbedaan ini  dikarenakan jarak antara amina alifatik tersier dengan salah satu cincin aromatik sekitar 5-6 Ao, yang jarak tersebut diperlukan dalam ikatan sisi reseptor.
Beberapa turunan propilamin antara lain :

1.Feniramin maleat; Avil ; Trimeton; Inhiston maleat
Berupa garam yang berwarna putih dengan sedikit bau seperti amin yang larut dalam air, dan alkohol.
Feniramin maleat merupakan anggota seri yang paling kecil potensinya dan dipasarkan sebagai rasemat . 
Dosis lazim : 20 – 40 mg, sehari 3 kali
2.  Klorfeniramin maleat ;  Chlortrimeton
      maleat; CTM ; Pehachlor
Berupa puder kristalin putih, larut dalam air, alkohol dan kloroform. Mempunyai pKa 9,2 dan larutannya dalam air memounyai pH 4-5.
Klorinasi ferinamin pada posisi para dari cincin fenil memberikan kenaikan potensi 10 x dengan perubahan toksisitas tidak begitu besar.
Hampir semua aktivitas antihistamin terletak pada enantiomorf dektro. Dektro-klor dan brom feniramin lebih kuat daripada levonya.
3. Dekstroklorfeniramin maleat = Polaramine maleat
merupakan enantiomer klorfeniramin yang memutar
kekanan. Isomer ini aktivitas anti histaminnya paling
dominan dan mempunyai konfigurasi S yang super
imposable pada konfigurasi S enantiomorf karbinok-
samin levorotatori yang lebih aktif.
 4.Bromfeniramin maleat = Dometane maleat
     Kegunaan sama dengan klorfeniramin maleat senyawa ini mempunyai waktu kerja yang panjang dan efektif dalam dosis 50 x lebih kecil daripada dosis tripelenamin.
 5. Dekstrobromfeniramin maleat = Disomer
Aktivitasnya didominasi oleh isomer dekstro, dan potensinya sebanding.

Turunan eter amino alkil (kolamin)
Rumus : Ar(Ar-CH2) CH-O-CH2-CH2-N(CH3)2

Hubungan struktur dan aktifitas
1. Pemasukan gugus Cl, Br dan OCH3 pada posisi pada cincin aromatic akan meningkatkan aktivitas dan menurunkan efek samping.
2. Pemasukan gugus CH3 pada posisi p-cincin aromatic juga dapat meningkatkan aktivitas tetapi pemasukan pada posisi o- akan menghilangkan efek antagonis H1 dan akan meningkatkan aktifitas antikolinergik
3. Senyawa turunan eter aminoalkil mempunyai aktivitas antikolinergik yang cukup bermakna karena mempunyai struktur mirip dengan eter aminoalkohol, suatu senyawa pemblok kolinergik.

Hubungan struktur antagonis H1 turunan ester aminoalkohol
1. Difenhidramin HCl, merupakan antihistamin kuat yang mempunyai efek sedative dan antikolonergik
2. Dimenhidrinat, adalah garam yang terbentuk dari difenhidramin dan 8-kloroteofilin.
3. Karbinoksamin maleat, mengandung satu atom C asimetrik yang mengikat 2 cincin aromatik.
4. Klemasetin fumarat, merupakan antagonis H1 kuat dengan masa kerja panjang.
5. Pipirinhidrinat

SUMBER : Siswanto, 2000. Kimia Medisinal jilid 2, Jakarta : Airlangga  

pertanyaan :
a. dari ketiga turunan di atas yang paling efektif sebagai obat anti histamin yaitu ? dan bagai mana hal itu terjadi ?
b. apakah obat-obat ini memiliki efeksamping yang sangat fatal, dan bagai mana cara penangannannya ?
c. apakah obat-obat ini dapat berinteraksi dengan obat lainnya ? contohnya ? dan apa yang akan terjadi

27 komentar:

  1. Beberapa efek samping yang mungkin umum terjadi setelah mengonsumsi obat antialergi ini adalah:

    Mengantuk
    Mulut kering atau disfagia
    Pusing
    Sakit kepala
    Nyeri perut
    Sulit buang air kecil
    Mudah marah
    Penglihatan kabur

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya akan mncoba menambahkan jawaban dari saudara didi budiman, utk penangannya biasanya scra non farmakologi seperti olhrga dan istirahat yg ckup serta pola hdup sehat

      Hapus
    2. saya setuju dengan pendapat kak ana, selain itu untuk menghindari efek samping obat diperlukan penggunaan obat yang tepat, berapa dosis yang diperlukan, kapan waktu pemakaian, penghindaran interaksi dengan makanan ataupun obat lainnya. Dan apabila efek samping yang dirasakan besar, maka sebaiknya diganti dengan obat lain yg berkhasiat sama dengan efek yang lebih minim.

      Hapus
  2. saya akan mencoba menjawab pertanyaan nmor 2:
    Karena antihistaminika juga memiliki khasiat menekan pada susunan saraf pusat, maka efek sampingannya yang terpenting adalah sifat menenangkan dan menidurkannya. Sifat sedatif ini adalah paling kuat pada difenhidramin dan promethazin, dan sangat ringan pada pirilamin dan klorfeniramin

    BalasHapus
  3. Asalamualaikum aida
    Saya akan mencoba menjawab pertnyaan no 3 interaksi antihistamin generasi pertama dgn phenelzine,isocarboxazid,tranylcypromine akan menimbulkan efek terjadi hipotensi dan efek samping ekstrapiramidal karena memperlama dan memperkuat efek antikolinergik dan sedative antihistamin. antihistamin dgn depresan ssp menimbulkan efek yaitu menambah efek depresa ssp dan efek lebih kecil pada antihistamin geneeasi kedua dan ketiga. Loratadin dgn cimetidin dapat menyebabkan meningkatkan kadar plasma object drug.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya setuju dengan kak meilly karena akan meningkatkan kadar plasma object drug.

      Hapus
    2. sedikit menambahkan jawaban no. 3, selain berinteraksi dengan obat lainnya, antihistamin juga dapat berinteraksi dengan makanan. Antihistamin merupakan obat anti alergi yang digunakan untuk mengatasi atau mencegah gejala flu, demam dan alergi. Mekanisme kerjanya dengan cara menghambat atau membatasi histamine yang dilepas oleh tubuh jika seseorang terpapar dengan senyawa yang dapat menyebabkan alergi. Anti histamin ada yang dapat dibeli bebas antara lain,, Bromfeniramin, khlorfeniramin, difenhidramin. Antihistamin harus dengan resep dokter. Feksofenadin, loratadin, cetirizin, interaksi dengan Makanan : dianjurkan minum obat antihistamin dalam keadaan perut kosong untuk meningkatkan efek obat.



      Buah grapefruit (termasuk dalam kelompok citrus/jeruk) : hindari minum Terfenadin bersama jus grapefruit karena dapat meningkatkan terjadinya peningkatan efek samping kardiotoksisitas akibat terjadinya peningkatan kadar obat dalam tubuh terutama pada penderita dengan resiko tinggi.

      Hapus
  4. Hai aida
    Dikarenakan bentuk struktur yang berbeda dan bila dihubungkan antara struktur dengan akttivitas obat maka kita belum bisa menerka mana turunan yang paling baik kerja nya. Keefektifan suatu obat baru bisa dilihat dari bgaimana dia mengikat reseptor, sisi mana dari obat tersebut yg paling aktif dan sesaui dengan farmakofor nya pula
    Mohon dikoreksi bila ada kesalahan

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya akan menambahkan jawaban dr saudari letha

      dr artikel yg saya baca Antihistamin berbeda-beda dalam lama kerja serta dalam derajat efek sedatif dan antimuskarinik. Antihistamin golongan lama relatif mempunyai kerja pendek tetapi beberapa (misal prometazin) memiliki kerja sampai 12 jam, sedangkan antihistamin non sedatif yang lebih baru memiliki kerja panjang. Semua antihistamin golongan lama menyebabkan sedasi, meskipun alimemazin (trimeprazin) dan prometazin mempunyai efek sedasi yang lebih besar dibanding klorfeniramin dan siklizin. Efek sedasi ini kadang-kadang dibutuhkan untuk mengendalikan gatal karena alergi. Tidak banyak bukti yang menunjukkan bahwa antihistamin sedatif yang satu lebih baik dari yang lain karena pasien mempunyai respons yang sangat berbeda satu sama lain. Antihistamin non sedatif seperti setirizin, levosetirizin, loratadin, desloratadin, feksofenadin, terfenadin dan mizolastin lebih sedikit menyebabkan efek sedasi dan gangguan psikomotor dibanding golongan lama karena jumlah obat yang menembus sawar darah otak hanya sedikit.

      Hapus
  5. ya akan coba menjawab 1,obat antihistamin yg banyak digunakan oleh masyarakat adalah cetirizin, Cetirizine adalah obat antihistamin dengan fungsi untuk meredakan gejala alergi seperti gatal-gatal, mata berair, pilek, dan mata/hidung gatal. Obat ini bekerja dengan menghalangi zat alami tertentu (histamin) yang diproduksi tubuh selama reaksi alergi

    BalasHapus
  6. Hai aida
    Efek Samping Antihistamin: Mengantuk adalah efek samping utama pada sebagian besar antihistamin golongan lama, walaupun stimulasi yang paradoksikal dapat terjadi meski jarang (terutama pada pemberian dosis tinggi atau pada anak dan pada lanjut usia). Mengantuk dapat menghilang setelah beberapa hari pengobatan dan jauh kurang dengan antihistamin yang lebih baru.

    Efek samping yang lebih sering terjadi dengan antihistamin golongan lama meliputi sakit kepala, gangguan psikomotor, dan efek antimuskarinik seperti retensi urin, mulut kering, pandangan kabur, dan gangguan saluran cerna.

    Efek samping lain yang jarang dari antihistamin termasuk hipotensi, efek ekstrapiramidal, pusing, bingung, depresi, gangguan tidur, tremor, konvulsi, palpitasi, aritmia, reaksi hipersensitivitas (bronkospasme, angio-edema, dan anafilaksis, ruam kulit, dan reaksi fotosensitivitas), kelainan darah, disfungsi hepar dan glaukoma sudut sempit.

    Antihistamin Yang Tidak Menyebabkan Kantuk:
    Walaupun mengantuk jarang dijumpai, namun pasien harus diingatkan bahwa hal itu dapat terjadi dan dapat mempengaruhi aktivitas yang memerlukan ketrampilan, misalnya mengemudi-kan mobil. Pemakaian alkohol berlebihan harus dihindari.

    Antihistamin Yang Menyebabkan Kantuk:
    Efek samping mengantuk akan mempengaruhi aktivitas yang memerlukan ketrampilan, misalnya mengemudi mobil; efek sedasi meningkat dengan pengaruh alkohol.

    BalasHapus
  7. Interaksi obat antagonis H1
    1. Perpanjangan interval waktu yang dibutuhkan untuk depolarisasi dan repolasisasi ventrikel dan aritmia dapat terjadi bila terfenadin dan astemizol diberikan bersamaan dengan antijamur (ketokonazol, itrakonazol, flukonazol, dan mikonazol) atau antibiorika golongan makrolid(eritromisin dan klaritomisin)
    efek sedasi antagonis H1 generasi I meningkat bila diberikan dengan obat yang menekan SSP, misalnya alkohol dan diazepam.

    Interaksi obat antagonis H2 dapat menghambat P450 di hati, simetidin dapat menghambat metabolisme beberapa obat, seperti teofilin, siklosporin, dan propanolol. Antagonis kalsium, sulfonilurea, warfarin, antidepresan, trisiklik dan imipramin. Simetidin juga menghambat sekresi tubular prokainamid. Obat ini meningkatkan metabolisme etanol. Sementara itu, efek ranitidin kecil pada sitokrom P450, sehingga kejadian interaksi obat lebih rendah dibandingkan simetidin. Ranitidin dilaporkan menurunkan absorbsi diazepam, dan juga berinteraksi dengan nifedipin, warfarin , teofilin, dan metoprolol. Untuk famotidin, interaksi obat yang bermakna belum diketahui, sedangkan nizatidin diketahui menghambat dehidrogenase alkohol di mukosa lambung.

    Daftar Pustaka
    Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2008. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
    BalasHapus

    BalasHapus
  8. saya akan menajwab no 3 yaitu Antihistamin sering diberikan dalam obat flu atau obat batuk. Kombinasi antihistamin dengan obat-obat penenang atau obat-obat yang berkerja menekan system syaraf pusat seperti luminal dan diazepam harus dihindari, sebab kombinasi ini dapat mengadakan potensiasi, sehingga dapat terjadi penekanan system syaraf pusat secara berlebihan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menambahkan jawaban nomor 3, beberapa jenis obat anti jamur (panu, kadas, kurap) seperti ketokonazol, dan antibiotik seperti eritromisin dapat meningkatkan kadar antihistamin non-sedatif dalam tubuh

      Hapus
  9. Turunan Etilendiamin




    Rumus umum ; Ar(Ar’)N-CH2-CH2-N(CH3)2
    Merupakan antagonis H1 dengan keefektifan yang cukup tinggi, meskipun penekan system saraf dan iritasi lambung cukup besar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya saya setuju dengan jawaban dika, turunan etilendiamin memiliki aktivitas tinggi sebagai antihistamin

      Hapus
  10. saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 2
    Efek Samping Antihistamin: Mengantuk adalah efek samping utama pada sebagian besar antihistamin golongan lama, walaupun stimulasi yang paradoksikal dapat terjadi meski jarang (terutama pada pemberian dosis tinggi atau pada anak dan pada lanjut usia). Mengantuk dapat menghilang setelah beberapa hari pengobatan dan jauh kurang dengan antihistamin yang lebih baru.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya setuju dengan pendapat bilia, AH1 generasi pertama memiliki efek mengantuk yang sangat kuat tetapi sekarang sudah ada AH1 generasi kedua dan efek samping mengantuknya lebih sedikit daripada generasi pertama

      Hapus
  11. Saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 2
    Efek samping antihistamin yaitu
    Mengantuk
    Mulut kering atau disfagia
    Pusing
    Sakit kepala
    Nyeri perut
    Sulit buang air kecil
    Mudah marah
    Penglihatan kabur

    BalasHapus
    Balasan
    1. benar apa yang di sampaikan oleh izzaturrahmi, jadi efek samping yang paling di khawatirkan adalah mengantuk dapat mengganggu aktifitas pasien

      Hapus
    2. tidak hanya efek mengantuknya, efek2 lain yang disebutkan di atas juga mengganggu pengguna. oleh karena itu dibutuhkan perancangan obat untuk mengurangi efek samping

      Hapus
    3. Yaa saya sangat setuju dengan efek samping yg di papar oleh saudari izatur dg puji. Salah satu nya ialah mengantuk, nyeri perut, mudah marah. Jadi sebaiknya penggunaan obat ini harus sesuai dg petunjuk dokter agar efek samping nya tidak fatal...

      Hapus
  12. B.
    Efek Samping Difenhidramin:
    Kardiovaskuler: Dada sesak, ekstrasistol, hipotensi, palpitasi, takikardia.
    Sistem saraf pusat: Sedasi, mengantuk, pusing, gangguan koordinasi, sakit kepala, kelelahan, kejang paraksikal, insomnia, euforia, bingung.
    Dermatologi: Fotosensitif, kemerahan, angioedema, urtikaria.
    Gastrointestinal: Mual, muntah, diare, sakit perut, xerostomia, peningkatan nafsu makan, peningkatan berat badan, kekeringan mukosa, anoreksia.
    Genitourinari: Retensi urin, sering atau sebaliknya, susah buang air kecil.
    Hematologi: Anemia hemolitika, trombositopenia, agranulositosis.
    Mata: Penglihatan kabur.
    Pernapasan: sekret bronki mengental.
    Solusi jika efek samping yang dihasilkan besar, maka sebaiknya diganti dengan obat lain yg berkhasiat sama.

    BalasHapus
  13. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  14. saya akan menajwab no 3 yaitu Antihistamin sering diberikan dalam obat flu atau obat batuk. Kombinasi antihistamin dengan obat-obat penenang atau obat-obat yang berkerja menekan system syaraf pusat seperti luminal dan diazepam harus dihindari, sebab kombinasi ini dapat mengadakan potensiasi, sehingga dapat terjadi penekanan system syaraf pusat secara berlebihan.
    beberapa jenis obat anti jamur (panu, kadas, kurap) seperti ketokonazol, dan antibiotik seperti eritromisin dapat meningkatkan kadar antihistamin non-sedatif dalam tubuh

    BalasHapus
  15. efek samping dfari obat ini yaitu
    • Gangguan psikomotor yaitu gangguan dalam pekerjaan yang melibatkan fungsi psikomotor, merupakan masalah yang menjadi perhatian dalam terapi yang menggunakan antihistamin. Efek samping terlihat saat pasien melakukan kegiatan dengan resiko fisik seperti mengendarai mobil, berenang, gulat, atau melakukan pekerjaan tangan. Gangguan fungsi psikomotor adalah efek yang berbeda dari terjadinya sedasi (rasa mengantuk). Dari hasil penelitian memperlihatkan bahwa loratadin tidak mengganggu kemampuan mengendarai dan tidak memperkuat efek alkohol.
    • Gangguan kognitif adalah gangguan terhadap kemampuan belajar, konsentrasi atau ketrampilan di tempat bekerja. Dari hasil penelitian memperlihatkan antihistamin generasi pertama terutama difenhidramin menyebabkan gangguan kemampuan belajar, konsentrasi, atau ketrampilan di tempat kerja. Sedangkan loratadin meniadakan efek negative dari rhinitis alergi terhadap kemampuan belajar. Dengan menggunakan loratadin tampaknya memperbaiki kemampuan belajar anak, penderita rhinitis alergi.
    • Efek kardiotoksisitas, antihistamin selama ini dianggap sebagai obat yang aman, tetapi sejak akhir tahun 80-an mulai muncul beberapa jenis antihistamin yang digunakan dengan dosis yang berlebihan. Sehingga dapat menyebabkan pasien yang menggunakan mengalami gangguan pada jantung (kardiotoksisitas). Namun dari hasil penelitian, loratadin merupakan antihistamin yang tidak berhubungan dari serangan kardiovaskuler yang membahayakan jiwa itu.
    Untuk pasien yang aktif bekerja harus berhati-hati dalam menggunakan antihistamin, karena beberapa antihistamin memiliki efek samping sedasi (mengantuk), gangguan psikomotor,dan gangguan kognitif. Akibatnya bila digunakan oleh orang yang melakukan pekerjaan dengan tingkat kewaspadaan tinggi sangat berbahaya.Untuk itu pasien yang aktif bekerja sebaiknya gunakan antihistamin yang aman dan efektif seperti loratadin, sudah terbukti tidak menimbulkan sedasi, tidak mengakibatkan terganggunya fungsi psikomotor dan fungsi kognitif. Juga terbukti aman tidak menyebabkan kardiotoksisitas dan efektif karena cukup diminum 1x sehari, karena memiliki masa kerja yang panjang serta diabsorbsi secara cepat.

    BalasHapus
  16. STRATEGI TERAPI ANTIHISTAMIN ” AM-PM”
    Keputusan untuk memilih suatu antihistamin untuk mengatasi gangguan alergi semisal rhinitis alergica atau urtikaria idiosinkratik kronik harus berdasarkan pada harga, frekuensi dosis, ketersediaan, kontraindikasi, dan efek samping. Semua antihistamin generasi pertama kini telah ada dalam sediaan generik serta sediaan OTC dengan harga lebih murah. Namun tidak demikian halnya dengan antihistamin generasi kedua dan ketiga. Masalah perbedaan harga ini menjadi suatu pertimbangan.
    Meski sedikit lebih mahal, antihistamin generasi kedua dan ketiga secara klinis menunjukkan efikasi tanpa efek sedatif yang menjadi karakteristik dari generasi pertama. Sebenarnya rasa sedasi dan drowsiness sangatlah subjektif, hanya dirasakan oleh individu dan tidak bisa jadi bukti klinis.

    BalasHapus