Sabtu, 07 Oktober 2017



Hasil gambar untuk gambar obat barbituratBarbiturat adalah kelas obat yang berasal dari asam barbiturat yang bertindak sebagai depresan untuk sistem saraf pusat. Obat ini sering digunakan untuk alasan medis sebagai obat penenang atau anestesi.

 


Sifat fisika kimia barbiturat                                                                              

         a. Sifat Fisika

           Larut dalam 130 bagian air, dalam 13 bagian air mendidih, dalam 15 bagian etanol (95%) P, dalam 75bagian kloroform P, dalam 35 bagian eter P dan dlam 6 bagian aseton, Jarak leburnya antara 188 dan 192.

          b.Sifat Kimia

    Barbiturat merupakan derivat asam barbiturate (2,4,6-trioksoheksa-hidropirimidin). Asam barbiturate sendiri tidak menyebabkan depresi  SSP, efek hipnotik-sedatif dan efek lainnya ditimbulkan bila posisi lima ada gugus alkil atau aril (Ganiswara, 2007).

     Asam barbiturate (malonil urea) adalah hasil kondensasi asam malonat dan urea. Asam barbiturate ini ditemukan oleh Adolp von Baeyer (1864) (Rahardjo, 2008).

Rumus kimia secara umum serta rumus barbiturate dapat dilihat : (Lund,1994). 

                                   


Parameter farmakokinetik 
Barbiturat diabsorbsi oral dan beredar luas ke seluruh tubuh. Obat tersebar dalam tubuh dari otak sampai ke daerah splanknikus, otot skelet dan akhirnya ke jaringan lemak. Gerakan ini penting dalam menentukan jangka waktu kerja yang singkat dari tiopental dan derivat jangka pendek lainnya. Barbiturat dimetabolisme dalam hati, dan metabolit yang tidak aktif dikeluarkan dalam urin (Mycek, 2001).

  1.      Hipnotik-sedatif barbiturat yang biasanya diberikan secara oral diabsorbsi cepat dan sempurna. Barbiturat bentuk garam natriumnya diabsorbsi lebih cepat dari pada bentuk asam bebasnya, terutama bila diberikan sebagai sediaan cair. Mula kerja bervariasi antara 10-60 menit, bergantung kepada zat serta bentuk formulasinya, dan dihambat oleh adanya makanan di lambung. Secara suntikan IV, barbiturat digunakan untuk mengatasi status epilepsi, dan menginduksi serta mempertahankan anestesi umum (Ganiswara, 2007).

         Barbituraat didistribusi secara luas dan dapat lewat plasenta. Barbiturat yang sangat larut lemak, yang diguankan sebagai penginduksi anestesi, misalnya thiopental dan metoheksital, setelah pemberian secara IV. Akan ditimbun di jaringan lemak dan otot. Hal ini menyebabkan penurunan kadarnya dalam plasma dan otak secara cepat, menyebabkan pasien sadar dalam waktu 5-15 menit setelah penyuntik dengan dosis anestetik. Setelah depot lemak jenuh, terjadi redistribusi ke aliran sistemik, akibatnya pemulihan setelah pemberian barbiturat sangat larut lemak memerlukan waktu yang lama (Ganiswara, 2007).
    Penggolongan barbiturate berdasarkan lama kerja; dengan contoh obat, waktu paruh, dan dosis hipnotiknya (Rahardjo, 2008) :

    Pada SSP
    Barbiturat berkerja pada seluruh SSP, walaupun pada setiap tempat tidak sama kuatnya. Dosis nonanastesi terutama menekan respon pasca sinap. Penghambatan hanya terjadi pada sinaps GABA-nergik. Walaupun demikian efek yang terjadi mungkin tidak semuanya melalui GABA sebagai mediator.
    Barbiturat memperlihatkan beberapa efek yang berbeda pada eksitasi dan inhibisi transmisi sinaptik. Kapasitas berbiturat membantu kerja GABA sebagian menyerupai kerja benzodiazepine, namun pada dosis yang lebih tinggi dapat bersifat sebagai agonis GABA-nergik, sehingga pada dosis tinggi barbiturat dapat menimbulkan depresi SSP yang berat.7,8
    Pada susunan saraf perifer
    Barbiturat secara selektif menekan transmisi ganglion otonom dan mereduksi eksitasi nikotinik oleh esterkolin. Efek ini terlihat dengan turunya tekanan darah setelah pemberian oksibarbital IV dan pada intoksikasi berat.8
    Pada pernafasan
    Barbiturat menyebabkan depresi nafas yang sebanding dengan besarnya dosis. Pemberian barbiturat dosis sedatif hampir tidak berpengaruh terhadap pernafasan, sedangkan dosis hipnotik menyebabkan pengurangan frekuensi nafas. Pernafasan dapat terganggu karena : (1) pengaruh langsung barbiturat terhadap pusat nafas; (2) hiperefleksi N.vagus, yang bisa menyebabkan batuk, bersin, cegukan, dan laringospasme pada anastesi IV. Pada intoksikasi barbiturat, kepekaan sel pengatur nafas pada medulla oblongata terhadap CO2 berkurang sehingga ventilasi paru berkurang. Keadaan ini menyebabkan pengeluaran CO2 dan pemasukan O2 berkurang, sehingga terjadilah hipoksia.1,3,7
    Pada Sistem Kardiovaskular
    Barbiturat dosis hipnotik tidak memberikan efek yang nyata pada system kardiovaskular. Frekuensi nadi dan tensi sedikit menurun akibat sedasi yang ditimbulkan oleh berbiturat. Pemberian barbiturat dosis terapi secara IV dengan cepat dapat menyebabkan tekanan darah turun secara mendadak. Efek kardiovaskular pada intoksikasi barbiturat sebagian besar disebabkan oleh hipoksia sekunder akibat depresi nafas. Selain itu pada dosis tinggi dapat menyebabkan depresi pusat vasomotor diikuti vasodilatasi perifer sehingga terjadi hipotensi.1,2,8
    Pada Saluran Cerna
    Oksibarbiturat cenderung menurunkan tonus otot usus dan kontraksinya. Pusat kerjanya sebagian diperifer dan sebagian dipusat bergantung pada dosis. Dosis hipnotik tidak memperpanjang waktu pengosongan lambung dan gejala muntah, diare dapat dihilangkan oleh dosis sedasi barbiturat.1,3
    Pada Hati
    Barbiturat menaikan kadar enzim, protein dan lemak pada retikuloendoplasmik hati. Induksi enzim ini menaikan kecepatan metabolisme beberapa obat dan zat endogen termasuk hormone stroid, garam empedu, vitamin K dan D.3
    Pada Ginjal
    Barbiturat tidak berefek buruk pada ginjal yang sehat. Oliguri dan anuria dapat terjadi pada keracunan akut barbiturat terutama akibat hipotensi yang nyata.7,8

     

    Indikasi
    Penggunaan barbiturat sebagai hipnotik sedatif telah menurun secara nyata karena efek terhadap SSP kurang spesifik yang telah banyak digantikan oleh golongan benzodiazepine. Penggunaan pada anastesi masih banyak obat golongan barbiturat yang digunakan, umumnya tiopental dan fenobarbital.1,4,5,6,7,8
    · Tiopental
    1. Di gunakan untuk induksi pada anestesi umum.
    2. Operasi yang singkat (reposisi fraktur, insisi, jahit luka).
    3. Sedasi pada analgesik regional
    4. Mengatasi kejang-kejang pada eklamsia, epilepsi, dan tetanus
    · Fenobarbital
    1. Untuk menghilangkan ansietas
    2. Sebagai antikonvulsi (pada epilepsi)
    3. Untuk sedatif dan hipnotik
    Kontra Indikasi
    Barbiturat tidak boleh diberikan pada penderita alergi barbiturat, penyakit hati atau ginjal, hipoksia, penyakit Parkinson. Barbiturat juga tidak boleh diberikan pada penderita psikoneurotik tertentu, karena dapat menambah kebingungan di malam hari yang terjadi pada penderita usia lanjut.3,4,5

     

    Mekanisme toksisitas
          Intoksisitas barbiturat saat ini sudah menurun secara nyata, terutama disebabkan penurunan secara nyata, terutama disebabkan penurunan pemakaian obat ini sebagai hipnotik-sedatif. Namun intoksikasi barbiturat merupakan persoalan klinik yang serius ; kematian terjadi pada beberapa kasus intoksikasi. Penyebab intoksikasi barbiturat antara lain karena percobaan bunuh diri, kelalaian, kecelakaan pada anak-anak atau pada penyalahgunaan obat. Dosis letal barbiturat sangat bervariasi, bergantung kepada banyak faktor, tapi keracunan berat terjadi bila lebih dari 10 kali dosis hipnotik dimakan sekaligus. Bila alkohol atau depresan SSP lain juga ada, kadar barbiturat yang dapat menyebabkan kematian akan lebih rendah (Ganiswara, 2007).
        Gejala simtomatik keracunan barbiturat ditunjukkan terutama terhadap sistem SSP dan kardiovaskular. Pada keracunan berat, pasien mengalami koma; pernapasan dipengaruhi lebih awal. Refleks dalam mungkin tetap ada selama beberapa waktu setelah ppasien koma. Gejala Babinski sering kali positif. Pupil mata mungkin konstriksi dan bereaksi terhadap cahaya, tapi pada akhir keracunan akan terjadi dilatasi paralitik hipoksia. Gejala intoksikasi akut yang berbahaya ialah depresi napas berat, tekaanan darah yang turun rendah sekali, oligouri dan anuria, dan pneumonia hipostatik. Tidak jarang pasien intoksikasi barbiturat mengalami nekrosis kelenjar keringat dan bula dikulit (Ganiswara, 2007).
    Cara penanganan
          Intoksikasi barbiturat akut dapat diatasi secara optimal dengan pengobatan simptomatik suportif yang umum. Tindakan pengobatan intoksikasi yang lebih lengkap (Ganiswara, 2007).
    Pengobatan keracunan akut (Rahardjo, 2008) :
    1. Bilasan lambung dilakukan bila keracunan terjadi ˂4 jam.
    2. Jalan napas harus bebas, lendir dari trakea dan laring dihisap secara periodic. Pernapasan diawasi, dan kalau perlu diberikan pernapasan buatan.
    3. Tekanan darah diperbaiki.
    4. Diuresis diperbaiki, bila ginjalnya masi baim diberikan diuretic dan alkalinasi urine dapat mempercepat ekskresi barbiturate, terutama barbiturate kerja lama.
    5. Dalam keadaan koma dapat diberikan analeptika, tetapi dijaga jangan sampai terjadi konvulsi akibat dosis analeptika berlebih.
    6. Pneumonia hipostatik harus dicegah dengan jalan membolak balik badan penderita dalam waktu-waktu tertentu. Sebagai pencegahan infeksi dapat diberikan antibiotic.
    7. Hemodialisis dilakukan bila terjadi kegagalan ginjal.                                                                                                                              
    Efek samping
    1. SSP : barbiturat menyebabkan mengantuk, konsentrasi terganggu dan kelesuan mental dan fisik.
    2. “Hangover” obat : barbiturata dalam dosis hipnotik menimbulkan perasaan lesu setelah pasien bangun kembali. “Hangover” menyebabkan beberapa fungsi tubuh yang normal terganggu beberapa jam setelah pasien terbangun. Kadang-kadang dapat terjadi mual dan pusing.
    3. Perhatian : seperti telah dikemukakan di atas, barbiturat memacu sistem P-450 dan karena itu menurunkan efek obat yang dimetabolisme oleh enzim hati ini. barbiturat meningkatkan sintesis porfirin dan merupakan kontraindikasi pada pasien dengan porfiria intermiten kuat.
    4. Ketergantungan : penghentian barbiturat secara mendadak menyebabkan tremor, ansietas, lemah, gelisah, mual dan muntah, kejang, delirium dan jantung berhenti. Gejala putus obat lebih berat jika dibandingkan opiat dan dapat emnimbulka kematian.
    5. Keracunan : dalam beberapa dasawarsa belakangan ini telah terjadi keracunan berbiturat pada beberapa pengguna dan menyebabkan kamatian akibat overdosis. Terjadi depresi pernapasan yang hebat bersamaan dengan depresi kardiovaskular pusat, menimbulkan syok dengan pernapasan dangkal dan lambat. Pengobatan dilakukan seperti respirasi artifisial dan kurasan isi lambung jika obat baru saja diminum. Hemodialisis mungkin diperlukan jika obat yang diminum cukup banyak. Alkalinisasi urin sering membantu pengeluaran fenobarbital.

    Interaksi Obat
    Interaksi obat yang paling sering melibatkan hipnotik-sedatif adalah interaksi dengan obat depresan susunan saraf pusat lain, yang menyebabkan efek aditif. Efek aditif yang jelas dapat diramalkan dengan penggunaan minuman beralkohol, analgesik narkotik, antikonvulsi, fenotiazin dan obat-obat anti depresan golongan trisiklik.

     

    DAFTAR PUSTAKA
    Ganiswara,Gan Sulistia, 2009, Farmakologi dan Terapi Edisi 5, Fakultas Kedokteran-Universitas       Indonesia : Jakarta.
    Land, walter. 1994, The Pharmaceutical Codex. The pharmaceutical Press London.
    Mycek. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar. Penerbit Widya Medika : Jakarta.
    Rahardjo, Rio. 2008. Kumpulan Kuliah Farmakologi Edisi 2,  Fakultas Kedokteran-Universitas         Sriwijaya : Jakarta.

    www.home.intekom.com

    www.drugs.com



6 komentar:

  1. Apakah ada jenis obat lain yg sama indikasinya dgn barbiturat ini yang efek sampingnya tidak terlalu berbahaya seperti menimbulkan kematian ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih atas pertanyaan nya .
      ada . barbiturat ini sendiri sudah jarang sekali di resep kan oleh dokter . di karenakan mempertimbangkan efek samping dari obat ini . seperti yang saudara sebut kan .
      biasanya dokter meresepkan benzodiazepin . benzodiazepin ini sendiri merupakan alternatif yang di berikan dokter kepada pasien . karena mempertimbangkan efek samping tersebut .
      benzodiazepin ini sendiri memiliki efek samping yang agak rendah dari barbiturat ini sendiri .

      Hapus
  2. Hai aida
    Benarkah obat ini menyebabkan ketergantungan?
    Bagaimana cara tepat mengatasi nya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. hai juga sindi .
      terimakasih atas pertanyaannya
      seperti yang telah di jelaskan bahwa barbiturat ini sendiri salah satu efek sampingnya yaitu menyebab kan ketergantungan . dimana penghentian barbiturat secara mendadak menyebabkan tremor, ansietas, lemah, gelisah, mual dan muntah, kejang, delirium dan jantung berhenti. Gejala putus obat lebih berat jika dibandingkan opiat dan dapat mnimbulka kematian.
      maka solusi yang di berikan salah satunya yaitu pemberhentiannya tidak boleh dilakukan secara mendadak. maka pemberhentiannya penggunaannya dapat di konsulkan lagi kedokter yang menangani pasien tersebut sehingga efek samping yang lebih berat lagi dan tidak diingin kan tidak akan didapatkan lagi

      Hapus
  3. Assalamualaikum,
    Apakah barbiturat dapat digunakan dalam jangka panjang? Mengapa demikian?
    Terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. walaikumslam terimaksih atas pertanyaannya sholeha, sebenarnya barbiturat sangat berbahaya digunakan, dimana barbiturat ini bukan pilihan pertama dalam pengobatan pada ssp, karena efek sampingnya sangat berbahaya bila diberhentikan secara mendadak, yaitu dapat menimbulkan kematian, jadi dapat disimpulkan bahwa barbiturat ini tidak bisa di konsumsi dalam jangka panjang.

      Hapus