Rabu, 18 Oktober 2017

fenotiazin

Fenotiazin
Fenotiazin adalah antagonis dopamin dan bekerja sentral dengan cara menghambat chemoreseptor trigger zone. Obat ini dipakai untuk profilaksis dan terapi mual dan muntah akibat penyakit neoplasia, pasca radiasi, dan muntah pasca penggunaan obat opioid, anestesia umum, dan sitotoksik. Efek sedasi proklorperazin, ferfenazin, dan trifluoperazin lebih rendah dibanding klorpromazin. Reaksi distonia berat kadang-kadang muncul pada pemakaian fenotiazin, terutama pada anak-anak. Obat antipsikotik lainnya, termasuk haloperidol dan levomepromazin (metotrimeperazin) (bagian 4.2.1) juga digunakan untuk meringankan gejala mual.
Beberapa fenotiazin tersedia dalam bentuk suposituria yang dapat bermanfaat bagi pasien yang mengalami muntah terus menerus atau mual berat. Proklorperazin juga tersedia dalam bentuk tablet bukal yang diletakkan diantara bibir atas dan gusi.

 Fenotiazin merupakan salah satu obat antipsikotik yang digunakan untuk mengobati gangguan mental, seperti penderita skizofrenzia. Turunan fenotiazin mempunyai struktur kimia karakteristik yaitu systemtrisiklik tidak planar yang bersifat lipofil dan rantai samping alkilamino yang terikatpada atom N tersier pusat cincin yang bersifat hidrofil. Rantai samping tersebutbervariasi dan kebanyakan merupakan salah satu struktur sebagai berikut :propildialkilamino, alkilpiperidil atau alkilpiperazin :
1. Rantai samping propilamin. Fenotiazin dengan rantai samping alifatik mempunyai potensi yang relatif rendah dan menghasilkan hampir semua efek samping yang ditunjukan dalam gambar. contoh dari golongan ini saah satunya adalah klorpromazin
2. Rantai samping piperidin. Obat utama dalam kelompok ini adalah tioridazin. 
3. Ranti samping piperazin. Obat dalam kelompok ini termasuk flufenazin, perfenazin, dn trifluoperazin
Mekanisme Kerja
   Obat turunan fenotiazin ini bekerja sebagai antagonis dari reseptor D2 karena afinitasnya yang tinggi pada reseptor ini. Penghambatan pada reseptor D2 memberikan efek terhalangnya jalur dopaminergik pada otak terutama pada jalur mesocortical, nigrostriatal dan tuberoinfundibular yang menghasilkan efek terapeutik dan efek samping dari penggunaan obat antipsikotik.

Flufenazin
   Merupakan obat yang digunakan untuk mengendalikan gangguan psikotik dan shcizofrenia. Dosis pada anak : Oral : 0,04 mg/kg/hari; dewasa : psikosis : Oral : 0,5-10 mg/hari dibagi dalam beberapa dosis dengan interval 6-8 jam, beberapa pasien mungkin membutuhkan peningkatan dosis sampai 40 mg/hari.; i.m.: 2,5-10 mg/hari dibagi dalam beberapa dosis dengan interval 6-8 jam (dosis parenteral 1/3-1/2 dosis oral); im. Dekanoat : 12,5 mg setiap 2 minggu. 12,5 mg dekanoat setiap 3 minggu = 10 mg HCl/hari. Farmakologi obat ini memiliki onset kerja im.: sebagai HCl: sekitar 1 jam, Puncak efek : neuroleptik sebagai dekanoat : 48-86 jam. Durasi garam HCl : 6-8 jam, sebagai dekanoat : 24-72 jam. Absorbsi oral bervariasi dan tidak teratur. Distribusi : menembus plasenta, masuk ke ASI. Ikatan protein : 91% dan 99%. Metabolisme di hati. T½ eliminasi HCl : 33 jam, Dekanoat : 163-232 jam. Ekskresi lewat urin sebagai metabolit. Mekanisme aksi dari obat ini dilakukan dengan memblok reseptor dopaminergik D1 dan D2 di postsinaptik mesolimbik otak. Menekan penglepasan hormon hipotalamus dan hipofisa, menekan Reticular Activating System (RAS) sehingga mempengaruhi metabolisme basal, temperatur tubuh, kesiagaan, tonus vasomotor dan emesis

Berikut ini merupakan contoh turunan fenotizin yang sering digunakan untuk pengobatan skozofren.
KLORPROMAZIN
Klorpromazin adalah Obat antipsikotik digunakan untuk pengobatan gangguan kejiwaan yang berat, seperti skizifrenia, dan meringankan gejala penyakit tersebut. Efektif untuk menekan eksitasi, agitasi dan agresivitas. Obat antipsikotik tidak menyembuhkan tetapi hanya meringankan penyakit karena sampai saat ini faktor penyebab psikotis funsional masih belum diketahui dengan jelas. Diduga bahwa faktor keturunan dapat memberikan kecenderungan terjadinya skizofrenia.Banyak obat antipsikotik juga mempunyai aktivitas antiemetik, simpatolitik dan dapat memblok α-adrenergik. Obat antipsikotik mengadakan potensiasi dengan gol sedatif-hipnotik, analgenetika narkotik atau anstestika sistemik. Dua aspek penting pada pengobatan dengan obat antipsikotik adalah bahwa obat tersebut tidak menimbulkan ketergantungan fisik atau mental dan pada orang dewasa sangat jarang terjadi kelebihan dosis yang berakibat fatal
Mekanisme Kerja
Obat antipsikotik menimbulkan efek farmakologis dengan mempengaruhi mekanisme dopaminergik, yaitu dengan bekerja sebagai antagonis pada reseptor dopamin, memblok dopamin seingga tidak dapat berinteraksi dengan reseptor. Pemblokan tersebut terjadi pada pra dan postsinaptik reseptor dopamin sehingga kadar dopamin dalam tubuh meningkat dan menyebabkan terjadinya terjadinya efek antipsikotik. Obat antipsikotik dalam membentuk kompleks dengan reseptor dopamin kemungkinan melibatkan dua bentuk konfirmasi, yaitu:
a.Bentuk konfirmasi keadaan padat dari obat antipsikotik, yang hampir sama dengan bentuk dopamin yang memanjang.
b. Bentuk konformasi S dari 4 atom berturutan yang menghubungkan cincin aromatik dengan atom N tersier basa dari obat antipsikotik, yang juga hampir sama dengan bentuk dopamin yang memanjang.

Kedua bentuk konformasi diatas menunjang penjelasan konsep bahwa aktivitas antipsikotik disebabkan oleh efek pemblokan pada reseptor dopamin. Banyak peneliti memberikan postulat bahwa ada dua reseptor dopamin, yaitu:
1.Reseptor D-1, yang berhubungan dengan enzim dopamin-sensitif adenilat siklases. Rangsangan reseptor ini dapat meningkatkan pembentukan siklik-AMP.
2.Reseptor D-2, tidak berhubungan dengan enzim diatas. Rangsangan reseptor ini dapat menurunkan kapasitas sel untuk mensintesis siklik-AMP dan respons terhadap agonis β-adrenergenik.
                Turunan fenotiazin menunjukkan afinitas terhadap reseptor D-1 yang lebih besar dibanding reseptor D-2, turunan tioxanten afinitas terhadap reseptor D-1 dan D-2 hampir sama, sedang turunan fluorobutirofenon dan benzamid selektif sebagai penghambat reseptor D-2.
  
Daftar Pertanyaan:
1. Bagaimana hubungan struktur dan Aktivitas untuk menimbulkan aktivitas analgetik?
2.  Ikatan apa yang terjadi antara turunan fenotiazin dengan reseptor?
3. Apakah penggunan obat ini sudah sangat efektif dalam pengobatan skizofrenzia?
4. mengapa obat ini banyak diresepkan oleh dokter ketimbang turunan barbiturat ?
apakah obat ini berinteraksi dengan makanan ?
5. kapan waktu yang baik untuk penggunaan obat ini ?
6. apakah obat ini dapat berinteraksi dengan obat lainnya ?
7. apakah kandungan yang terdapat dalam obat ini ?

13 komentar:

  1. dari artikel yg telah anda tulis sudah mnjawab nmr 3 bahwa penggunaan obat ini sudah efektif dlm pemgobatan skizofrenzia walaupun msh bnyk trdpt efek smping yg sulit di minimalisir

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya sedikit menambahkan jawaban dari ana
      Klorprazin juga disebut obat penenang utama. Obat tersebut dapat menimbulkan rasa kantuk dan kelesuan, tetapi tidak mengakibatkan tidur yang lelap, sekalipun dalam dosis yang sangat tinggi (orang tersebut dapat dengan mudah terbangun). Obat ini tampaknya mengakibatkan sikap acuh pada stimulus luar. Obat ini cukup tepat bagi penderita schizophrenia yang tampaknya tidak dapat menyaring stimulus yang tidak relevan).

      Hapus
    2. ya terimakkasih aisyah dan ana atas jawabannya,
      jadi obat ini aman dikonsumsi dalam jangka panjang kan ?

      Hapus
  2. saya akan mencoba menjawab no 2
    untuk ikatan yang terdapat dalam struktur fenotiazin dengan reseptor kemungkinan ikatan ionik pada N-R juga ada ikatan vanderwalss pada cincin aromatiknya mel dan sepertinya sudah tepat penggunaannya untuk skizifrenia, karena belum diketahui reseptor pasti untuk skizo dimana terdapat skizo positif (kebahagiaan) dan juga negatif(hasrat bunuh diri) dan obat fenotizin ini bekerja di seluruh sistem syaraf pusat, walaupun efek samping yang ditimbulkan akan banyak

    BalasHapus
    Balasan
    1. apa sajakah efek samping yang akan di tumbulkan oleh obat ini ?

      Hapus
    2. Saya ingin menambahkan, bahwa terdapat ikatan anionik dimana nitrogen yg bermuatan positif akan menempatinya

      Hapus
  3. Hai aida
    Untuk pertanyaan no 6, terdapat interaksi obat fenotiazin dengan litium
    Antipsikotik: meningkatkan risiko efek samping ekstrapiramidal dan dapat terjadi neurotoksisitas ketika litium diberikan bersama klozapin, haloperidol atau fenotiazin; meningkatkan risiko aritmia ventrikular ketika litium diberikan bersama

    BalasHapus
    Balasan
    1. abakah ada obat lainnya yang juga berinteraksi dengan obat ini ?

      Hapus
    2. Saya ingin menambahkan jawaban no. 6 kak
      Kombinasi dengan epinefrin akan dapat menimbulkan hipotensi.
      Kombinasi dengan antiaritmia, cisaprid, pimosid, sparfloksacin dan obatobat yang memperpanjang interval QT akan dapat meningkatkan resiko aritmia.Kombinasi dengan metoklopramid akan dapat meningkatkan resiko gejala ekstrapiramidal.

      Hapus
  4. Untuk pertanyaan no 4.
    menurut artikel yg saya baca, barbiturat itu memiliki efek samping yang sangat fatal yaitu dapat menyebabkan kematian apabila diberhentika pemakaiannya secara mendadak, Ketimbang fenotiazin.

    BalasHapus
  5. saya akan menambahkan jwbn no 2 ikatan yang terdapat dalam struktur fenotiazin dengan reseptor kemungkinan ikatan ionik pada N-R juga ada ikatan vanderwalss pada cincin aromatiknya mel dan sepertinya sudah tepat penggunaannya untuk skizifrenia, karena belum diketahui reseptor pasti untuk skizo dimana terdapat skizo positif (kebahagiaan) dan juga negatif(hasrat bunuh diri) dan obat fenotizin ini bekerja di seluruh sistem syaraf pusat, walaupun efek samping yang ditimbulkan akan banyak

    BalasHapus
  6. untuk ikatan yang terdapat dalam struktur fenotiazin dengan reseptor kemungkinan ikatan ionik pada N-R juga ada ikatan vanderwalss pada cincin aromatiknya mel dan sepertinya sudah tepat penggunaannya untuk skizifrenia, karena belum diketahui reseptor pasti untuk skizo dimana terdapat skizo positif (kebahagiaan) dan juga negatif(hasrat bunuh diri) dan obat fenotizin ini bekerja di seluruh sistem syaraf pusat, walaupun efek samping yang ditimbulkan akan banyak

    BalasHapus
  7. Untuk jawaban nomor 1 itu tergantung golongan dan obatnya apa, hubungan struktur dan aktivitas sangat berkaitan erat, di sini saya mengambil contoh Morfin, ternyata adanya perubahan dari gugus fenolik dan gugus karboksil dari morfin akan mempengaruhi aktivitas dari senyawa tersebut, sebagi berikut :

    •eterifikasi dan esterifikasi gugus hidroksil fenol akan menurunkan aktivitas analgesik
    •eterifikasi, esterifikasi, oksidasi atau penggantian gugus hidroksil alkohol dengan halogen atau hidrogen dapat meningkatkan aktivitas analgesik
    •perubahan gugus hidroksil alkohol dari posisi 6 ke posisi 8 menurunkan aktivitas analgesik.
    •pengubahan konfigurasi hidroksil pada C6 dapat meningkatkan aktivitas analgesik
    •hidrogenasi ikatan rangkap c7-C8 dapat menghasilkan efek yang sama atau lebih tinggi
    •substansi pada cincin aromatik akan mengurangi aktivitas analgesik
    •pemecahan jembatan eter antara C4 dan C5 menurunkan aktivitas
    •pembukaan cincin piperidin menyebabkan penurunan aktivitas

    BalasHapus