Sabtu, 28 Oktober 2017

Oxamniquine digunakan untuk pengobatan schistosomiasis (bilharziasis) yang disebabkan oleh Schistosoma mansoni di individu pasien dan dalam program pengobatan dan pengendalian massa. Oxamniquine efektif terhadap semua tahap infeksi Schistosoma mansoni termasuk fase akut dan fase kronis yang mungkin terkait dengan keterlibatan hepatosplenic. Oxamniquine sekarang sudah umum digunakan selama 11 tahun untuk pengobatan schistosomiasis mansoni. Dosis bervariasi dengan asal geografis parasit karena adanya kerentanan strain lokal yang berbeda, dan rejimen yang tepat dapat diharapkan dapat menyembuhkan lebih dari 80% pasien dan mengurangi ekskresi telur pada orang lain hingga lebih dari 90%. Obat ini telah digunakan dengan aman di semua stadium penyakit.
Oxamniquine dan metabolitnya diekskresikan terutama dalam urin. Sekitar 40-75% dosis oral obat diekskresikan dalam urin dalam waktu 24 jam setelah pemberian, terutama sebagai metabolit asam 6-karboksilat. Sekitar 0,5-2% dosis oral diekskresikan dalam urin tidak berubah; kurang dari 1% dosis diekskresikan dalam urin sebagai metabolit asam 2 karboksilat.
Oxamniquine terserap dengan baik setelah pemberian oral. Tingkat penyerapan GI obat menurun dengan adanya makanan. Konsentrasi oxamniquine plasma puncak terjadi sekitar 1-3 jam setelah pemberian oral dosis obat biasa. Oxamniquine menjalani metabolisme pass pertama yang ekstensif di lumen GI sebelum penyerapan dan / atau pada mukosa GI selama penyerapan pada hewan.
*      MEKANISME
Oxamniquine dapat berasosiasi dengan penghambatan ireversibel metabolisme asam nukleat dari parasit. Sebuah hipotesis telah diajukan bahwa obat tersebut diaktifkan dengan satu langkah, di mana enzim sulfatransfer schistosome mengubah oxamniquine menjadi ester (mungkin asetat, fosfat, atau sulfat). Selanjutnya, ester secara spontan terdisosiasi, reaktan elektrofilik yang dihasilkan mampu mengalkilasi DNA schistosom. Menyebabkan cacing hilang dari tempat tinggal yang biasa di vena mesenterika ke hati di mana mereka ditahan dan kemudian dibunuh dengan reaksi jaringan inang (misalnya fagositosis). Hilangnya cacing nampaknya berhasil terutama dari kontraksi dan kelumpuhan otot-otot mereka dan imobilisasi pengisap mereka selanjutnya, yang menyebabkan cacing terlepas dari dinding pembuluh darah, sehingga memungkinkan dislodgement pasif oleh aliran darah normal.
pertanyaan 
1. apa itu Schistosoma mansoni ? 
2. apakah penyakit yang di timbulkan oleh Schistosoma mansoni dapat meyebabkan penularan ?
3.  bagaimana struktur oxamniquine ?

Kamis, 19 Oktober 2017



HISTAMIN
Senyawa normal yang ada dalam jaringan tubuh yaitu pada jaringan sel mast dan peredaran basofil
Mediator kimia yang dikeluarkan pada fenomena alergi



 






 




Mekanisme kerja histamin :
       Menimbulkan efek ketika berinteraksi dengan reseptor histaminergik, yaitu reseptor H1, H2, dan H3
       Histamin berinteraksi dengan H1 menyebabkan sembab, pruritik, dermatis, dan urtikaria.
       Histamin berinteraksi dengan H2 menyebabkan peningkatan sekresi asam lambung yang menyebabkan tukak lambung
       Reseptor H3 yang terletak pada ujung syaraf jaringan otak dan jaringan perifer mengontrol sintesis dan pelepasan histamin, mediator alergi, dan perdangan.




 

ANTIHISTAMIN
       Obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan histamin dalam tubuh melalui mekanisme penghambatan bersaing pada sisi reseptor H1, H2, dan H3
       Berdasarkan hambatan pada reseptor khas, antihistamin dibagi menjadi tiga kelompok yaitu; antagonis H1, antagonis H2, dan antagonis H3

Turunan Etilendiamin



 
Rumus umum ; Ar(Ar’)N-CH2-CH2-N(CH3)2
Merupakan antagonis H1 dengan keefektifan yang cukup tinggi, meskipun penekan system saraf dan iritasi lambung cukup besar.

Hubungan struktur antagonis H1 turunan etilen diamin
1. Tripelnamain HCl, mempunyaiefek antihistamin sebanding dengan dufenhidramin dengan efek samping lebih rendah.
2. Antazolin HCl, mempunyai aktivitas antihistamin lebih rendah dibanding turuan etilendiamin lain.
3. Mebhidrolin nafadisilat, strukturnya mengandung rantai samping amiopropil dalam system heterosiklik karbolin dan bersifat kaku.



Etilendiamin.
Etilendiamin mempunyai efek samping penekanan CNS dan gastro intestinal. 
Antihistamin tipe piperazin, imidazolin dan fenotiazin mengandung bagian etilendiamin.
Pada kebanyakan molekul obat adanya  nitrogen kelihatannya merupakan kondisi yang diperlukan untuk pembentukan garam yang stabil dengan asam mineral.
Gugus amino alifatik dalam etilen diamin cukup basis untuk pembentukan garam, akan tetapi atom N yang diikat pada cincin aromatik sangat kurang basis.
Elektron bebas pada nitrogen aril di delokalisasi oleh cincin aromatik.
Beberapa contoh antihistamin turunan etilediamin

Turunan Propilamin
Anggota kelompok yang jenuh disebut sebagai feniramin yang merupakan molekul khiral.
Turunan tersubstitusi halogen dapat diputuskan dengan kristalisaasi dari garam yang dibentuk dengan d-asam tartrat.
Antihistamin golongan ini merupakan antagonis H1 yang paling aktif.
Mereka tidak cenderung membuat kantuk, tetapi beberapa pasien mengalami efek ini.
Pada anggota yang tidak jenuh, sistem ikatan rangkap dua aromatik yang koplanar Ar – C = CH-CH2 - N  faktor penting untuk aktivitas antihistamin.
Gugus pirolidin adalah rantai samping amin tersier pada senyawa yang lebih aktif.
Pada anggota alkena (tidak jenuh), aktivitas antihistamin konfigurasi E berbeda sangat menyolok dibandingkan dengan  konfigurasi Z, sebagai contoh: E-Pirobutamin sekitar 165 kali lebih poten dari pada Z-Pirobutamin; 
E-Triprolidin aktivitasnya sekitar  1000 kali lebih poten dibandingkan dengan Z-triprolidin.
Perbedaan ini  dikarenakan jarak antara amina alifatik tersier dengan salah satu cincin aromatik sekitar 5-6 Ao, yang jarak tersebut diperlukan dalam ikatan sisi reseptor.
Beberapa turunan propilamin antara lain :

1.Feniramin maleat; Avil ; Trimeton; Inhiston maleat
Berupa garam yang berwarna putih dengan sedikit bau seperti amin yang larut dalam air, dan alkohol.
Feniramin maleat merupakan anggota seri yang paling kecil potensinya dan dipasarkan sebagai rasemat . 
Dosis lazim : 20 – 40 mg, sehari 3 kali
2.  Klorfeniramin maleat ;  Chlortrimeton
      maleat; CTM ; Pehachlor
Berupa puder kristalin putih, larut dalam air, alkohol dan kloroform. Mempunyai pKa 9,2 dan larutannya dalam air memounyai pH 4-5.
Klorinasi ferinamin pada posisi para dari cincin fenil memberikan kenaikan potensi 10 x dengan perubahan toksisitas tidak begitu besar.
Hampir semua aktivitas antihistamin terletak pada enantiomorf dektro. Dektro-klor dan brom feniramin lebih kuat daripada levonya.
3. Dekstroklorfeniramin maleat = Polaramine maleat
merupakan enantiomer klorfeniramin yang memutar
kekanan. Isomer ini aktivitas anti histaminnya paling
dominan dan mempunyai konfigurasi S yang super
imposable pada konfigurasi S enantiomorf karbinok-
samin levorotatori yang lebih aktif.
 4.Bromfeniramin maleat = Dometane maleat
     Kegunaan sama dengan klorfeniramin maleat senyawa ini mempunyai waktu kerja yang panjang dan efektif dalam dosis 50 x lebih kecil daripada dosis tripelenamin.
 5. Dekstrobromfeniramin maleat = Disomer
Aktivitasnya didominasi oleh isomer dekstro, dan potensinya sebanding.

Turunan eter amino alkil (kolamin)
Rumus : Ar(Ar-CH2) CH-O-CH2-CH2-N(CH3)2

Hubungan struktur dan aktifitas
1. Pemasukan gugus Cl, Br dan OCH3 pada posisi pada cincin aromatic akan meningkatkan aktivitas dan menurunkan efek samping.
2. Pemasukan gugus CH3 pada posisi p-cincin aromatic juga dapat meningkatkan aktivitas tetapi pemasukan pada posisi o- akan menghilangkan efek antagonis H1 dan akan meningkatkan aktifitas antikolinergik
3. Senyawa turunan eter aminoalkil mempunyai aktivitas antikolinergik yang cukup bermakna karena mempunyai struktur mirip dengan eter aminoalkohol, suatu senyawa pemblok kolinergik.

Hubungan struktur antagonis H1 turunan ester aminoalkohol
1. Difenhidramin HCl, merupakan antihistamin kuat yang mempunyai efek sedative dan antikolonergik
2. Dimenhidrinat, adalah garam yang terbentuk dari difenhidramin dan 8-kloroteofilin.
3. Karbinoksamin maleat, mengandung satu atom C asimetrik yang mengikat 2 cincin aromatik.
4. Klemasetin fumarat, merupakan antagonis H1 kuat dengan masa kerja panjang.
5. Pipirinhidrinat

SUMBER : Siswanto, 2000. Kimia Medisinal jilid 2, Jakarta : Airlangga  

pertanyaan :
a. dari ketiga turunan di atas yang paling efektif sebagai obat anti histamin yaitu ? dan bagai mana hal itu terjadi ?
b. apakah obat-obat ini memiliki efeksamping yang sangat fatal, dan bagai mana cara penangannannya ?
c. apakah obat-obat ini dapat berinteraksi dengan obat lainnya ? contohnya ? dan apa yang akan terjadi